🥂 Berkarya Pada Bahan Kayu Dapat Dilakukan Dengan Cara
Teknikini bisa digunakan jika sang pengrajin ingin membuat tekstur yang jelas dan kontras pada bahan kayu. Secara garis besar, mengukir pada bahan kayu dilakukan dengan cara memahat sehingga bisa membentuk pahatan yang rata. Contohnya adalah ukiran pada bangunan rumah adat, peralatan rumah tangga seperti meja, dan pada bahan kerajinan lainnya.
NGELMUIKU KELAKONE KANTHI LAKU Proses Kreatif Sastrawan Yogyakarta
Pembuatanragam hias pada bahan kayu seperti tameng dan topeng dilakukan dengan caraA. Digambar lalu diukirB. Diukir lalu diberi warnaC. Diukir sajaD. Digambar lalu diberi warnaBantu jawab yg benar ya,plissssss tolong bnget:( . Question from @zihanshafinamaula - Seni
Penerapanragam hias pada bahan kayu dapat dilakukan pada bidang dua dimensi dan tiga dimensi, dengan teknik yang berbeda, yang akan menghasilkan karya seni yang berbeda-beda 1. Menggambar atau melukis permukaan bidangnya, hasil tekstur halus. Contoh penerapan : Gambar 1. Lukisan kayu pada sisi bangunan Gambar 2. Lukisan pada mangkok dan porong
Sebelummengukir, sebaiknya kita harus mengenal terlebih dahulu mekanisme kerjanya. Kegiatan mengukir pada materi kayu memiliki prosedur sebagai berikut. Menyiapkan alat dan materi menggambar ragam hias gesekan. Memilih bentuk ragam hias sebagai objek berkarya. Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu.
Pengecatankayu dapat dilakukan melalui beberapa cara, dan sering kali Anda dapat menggunakan bahan-bahan yang sudah Anda miliki di rumah. Apabila Anda memiliki waktu senggang, Anda dapat mengubah balok-balok, manik-manik, atau meja di rumah Anda menjadi buah karya seni yang cantik.
Ternyatacara mengecat perabotan kayu sangat mudah. Tidak membutuhkan profesional dan mengeluarkan biaya yang banyak hanya untuk mengecat. Aplikasi yang paling banyak dicari oleh banyak orang ini hanya memanfaatkan pilox untuk finishing. Ya cara mengecat kayu dengan pilox adalah cara yang sangat mudah dan bisa digunakan siapa saja. Bahan cat yaitu pilox juga dapat ditemukan []
Produkkerajinan kayu dengan berbagai teknik ukir dan bubut; a. bingkai foto ukir, b. vas bubut dan ukir, c. aneka rumah adat dan kendaraan, dan d. miniatur kendaraan. 4) Proses Pembuatan Kerajinan Kayu. Membuat kerajinan kayu dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan woodcraft. Setiap daerah di Nusantara
Darikayu bisa berupa kursi ukir, meja ukir, pintu ukir dan lain-lain. Pada kain bisa berupa kain batik. Untuk batu bisa berupa batu ukir pada candi. Untuk emas bisa berupa kalung atau cincin. C. Teknik Penerapan Ragam Hias pada Bahan Kayu. Penerapan ragam hias pada bahan kayu dapat dilakukan dengan cara mengukir dan menggambar atau gabungan
Finishingsangat menentukan hasil akhir dari pembuatan karya ukiran. Oleh karena itu tahap ini harus dilakukan secara hati-hati dan benar supaya hasil akhir menjadi lebih baik. Finishing merupakan proses penyelesaian akhir sebuah pekerjaan. Finishing pada contoh proses berkarya di atas dapat menggunakan bahan politur teknik kuas dan oles.
Bagian1Bagian Satu: Memilih Peralatan. 1. Ketahuilah empat jenis ukiran kayu. Ada empat jenis utama ukiran kayu: whittling (meraut kayu dengan pisau), mengukir relief ( relief carving, yaitu mengukir pada permukaan datar), carving in the round (mengukir dalam bentuk tiga dimensi), chip carving (gaya ukiran dengan cara mencungkil kepingan kecil).
Pembelajaranpada pertemuan kedua dilakukan sesuai dengan perencanaan yaitu di dalam kelas. Pertemuan kedua pembelajaran seni rupa di kelas VII A SMP Negeri 1 Mayong Jepara dimuali pukul 09:24 WIB. Semua siswa membawa bahan yang diperlukan dalam berkarya topeng barang bekas yang meliputi kardus kemasan bekas, kertas koran bekas, dan plastik
qgolP. Ragam Hias dan Teknik Berkarya Dengan Bahan Baku Kayu RAGAM HIAS Pada artikel sebelumnya, diterangkan bahwa ragam hias disusun dari sekumpulan pola hias, sedangkan pola hias disusun dari sekumpulan motif hias. Artinya, Anda dapat menciptakan pola hias pada media kayu baik berbentuk dua maupun tiga dimensi sehingga pada praktiknya nanti, kalian dapat menggambar, menempel, atau mengukir ragam hias. Jenis-jenis ragam hias yang dapat dijadikan rujukan adalah ragam hias berdasarkan kaidah penyusunannya, misalnya motif geometris, motif binatang, motif tumbuhan, dan motif benda alam lainnya. Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen. Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Contoh di atas merupakan salah satu penerapan ragam hias pada bahan kayu. Pada perkembangannya, motif ini juga dapat dikembangkan pada benda atau barang-barang kerajinan daerah, seperti contoh gambar berikut. TEKNIK BERKARYA Alam Nusantara yang diberkahi dengan hutan tropisnya yang kaya menjadikan bahan baku untuk kerajinan kayu relatif mudah didapat. Teknik berkarya menggunakan kayu ini sudah dilakoni sejak zaman prasejarah dan makin berkembang dengan keunikannya pada zaman kerajaan. Teknik berkarya dengan menggunakan kayu ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggambar, menempel, dan mengukir pada permukaan kayu. Kayu memiliki karakteristik menyerap benda cair, karena itu sebelum kita menggambar, permukaan kayu terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan ampelas sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Sebaiknya setelah diampelas, dilakukan pelapisan cat dasar kemudian diampelas ulang dengan nomor ampelas yang lebih besar. Setelah mendapatkan permukaan yang halus dan padat barulah dilakukan penggambaran. Perhatikan gambar berikut ini. Teknik berkarya pada bahan kayu biasa disebut sebagai seni ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola diatas permukaan benda yang diukir. 1. Seni Ukir Kayu Seni ukir kayu atau ukiran kayu merupakan gambar hiasan yang dibentuk dengan cara dipahat untuk mengurangi bagian kayu untuk menimbulkan bentuk cekung dan cembung sehingga membentuk permukaan yang indah. Istilah seni ukir kayu sudah tidak asing lagi karena dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat karya ini di lingkungan rumah juga di lingkungan sekolah. Penerapan karya ukir dapat kita jumpai pada rumah adat. Misalnya pada berbagai rumah adat Jawa, Batak, Melayu, Dayak, dan sebagainya. Selain itu, ukiran kayu juga terdapat pada produk perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perlengkapan lainnya. Pola ukir kayu di Indonesia memiliki motif yang berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat serta topografinya. Seni ukir kayu ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat dan perwujudan nilai serta isi yang mencerminkan budaya masyarakat yang ada pada saat itu dan masih digunakan sampai sekarang. Dengan kata lain, bahwa seni ukir kayu diciptakan dan dipedomani dengan pola-pola budaya masyarakat yang bersangkutan maka hasilnya merupakan pencerminan dari budaya masyarakat pendukungnya. Merancang karya seni ukir kayu sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut. a. Nilai fungsional Karya seni ukir harus memiliki nilai fungsional atau nilai fungsi pakai. Seperti rumah adat untuk rumah tinggal atau perabot rumah berupa meja kursi ukir untuk ruang tamu, ruang makan, teras rumah, lemari ukir untuk menyimpan pakaian, lemari pajangan, dan bingkai cermin. Karya seni ukir agar kokoh harus didukung oleh konstruksi yang baik yang berhubungan pada setiap komponen. Konstruksi kekuatan fisik ukiran sebagai daya keindahan dapat dilihat pada gambar berikut. c. Keindahan estetika Nilai keindahan karya ukir kayu yang baik memiliki kaidah kaidah dalam mengapreasiasi karya di samping kerumitan juga tata letak dan irama. 2. Peralatan Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut planner, gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 3. Jenis Pahat Ukir Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung. b. Penyilat pahat lurus Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm. c. Pahat kol 1/2 bulatan Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm. d. Pangot pahat miring Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm. e. Palu gandhen Palu gandhen untuk keperluan mengukir ini terbuat dari kayu dengan berat palu antara 300 gram sampai 500 gram. Bahan untuk palu atau gandhen dipilih dari kayu yang keras dan ulet agar berat dan awet. f. Pethel Pethel adalah sejenis alat yang bentuknya seperti cangkul, tetapi berukuran kecil. Alat ini digunakan untuk meratakan permukaan kayu atau untuk menguliti kulit kayu. TAHAPAN MENGUKIR KAYU Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut. 1. Ngethaki memahat garis-garis ukiran Memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya. 2. Dasar Membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar. Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu. Melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu mbukaki dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran. Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan. Untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya. Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah. Proses ini dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah. Finishing penyelesaian akhir Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur. Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur.
dalam pembuatan karya dari bahan kayu dapat menggunakan berbagai macam teknik antara lain A dipahat diukir dan cetak B dilukis dipahat dan diukir C dibubut dicor dan dicetak D dicor dipahat dan dilukis​ Jawabana. diukir. dipahat. dan cetakkarena kayu merupakan bahan baku kerajinan yang kuat dan bisa diukir maupun pahat kayu busa dicetak asalkan dilelehkan atau dihaluskan. semoga membantu!!!!!
Ragam Hias dan Teknik Bekarya Dengan Bahan Baku Kayu RAGAM HIAS Pada artikel sebelumnya, diterangkan bahwa ragam hias disusun dari sekumpulan pola hias, sedangkan pola hias disusun dari sekumpulan motif hias. Artinya, Anda dapat menciptakan pola hias pada media kayu baik berbentuk dua maupun tiga dimensi sehingga pada praktiknya nanti, kalian dapat menggambar, menempel, atau mengukir ragam hias. Jenis-jenis ragam hias yang dapat dijadikan rujukan adalah ragam hias berdasarkan kaidah penyusunannya, misalnya motif geometris, motif binatang, motif tumbuhan, dan motif benda alam lainnya. Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen. Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Contoh di atas merupakan salah satu penerapan ragam hias pada bahan kayu. Pada perkembangannya, motif ini juga dapat dikembangkan pada benda atau barang-barang kerajinan daerah, seperti contoh gambar berikut. TEKNIK BERKARYA Alam Nusantara yang diberkahi dengan hutan tropisnya yang kaya menjadikan bahan baku untuk kerajinan kayu relatif mudah didapat. Teknik berkarya menggunakan kayu ini sudah dilakoni sejak zaman prasejarah dan makin berkembang dengan keunikannya pada zaman kerajaan. Teknik berkarya dengan menggunakan kayu ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggambar, menempel, dan mengukir pada permukaan kayu. Kayu memiliki karakteristik menyerap benda cair, karena itu sebelum kita menggambar, permukaan kayu terlebih dahulu dihaluskan dengan menggunakan ampelas sehingga permukaan kayu menjadi rata dan halus. Sebaiknya setelah diampelas, dilakukan pelapisan cat dasar kemudian diampelas ulang dengan nomor ampelas yang lebih besar. Setelah mendapatkan permukaan yang halus dan padat barulah dilakukan penggambaran. Perhatikan gambar berikut ini. Teknik berkarya pada bahan kayu biasa disebut sebagai seni ukir. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola diatas permukaan benda yang diukir. 1. Seni Ukir Kayu Seni ukir kayu atau ukiran kayu merupakan gambar hiasan yang dibentuk dengan cara dipahat untuk mengurangi bagian kayu untuk menimbulkan bentuk cekung dan cembung sehingga membentuk permukaan yang indah. Istilah seni ukir kayu sudah tidak asing lagi karena dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat karya ini di lingkungan rumah juga di lingkungan sekolah. Penerapan karya ukir dapat kita jumpai pada rumah adat. Misalnya pada berbagai rumah adat Jawa, Batak, Melayu, Dayak, dan sebagainya. Selain itu, ukiran kayu juga terdapat pada produk perlengkapan rumah tangga, seperti kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perlengkapan lainnya. Pola ukir kayu di Indonesia memiliki motif yang berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat serta topografinya. Seni ukir kayu ini merupakan hasil kebudayaan masyarakat dan perwujudan nilai serta isi yang mencerminkan budaya masyarakat yang ada pada saat itu dan masih digunakan sampai sekarang. Dengan kata lain, bahwa seni ukir kayu diciptakan dan dipedomani dengan pola-pola budaya masyarakat yang bersangkutan maka hasilnya merupakan pencerminan dari budaya masyarakat pendukungnya. Merancang karya seni ukir kayu sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut. a. Nilai fungsional Karya seni ukir harus memiliki nilai fungsional atau nilai fungsi pakai. Seperti rumah adat untuk rumah tinggal atau perabot rumah berupa meja kursi ukir untuk ruang tamu, ruang makan, teras rumah, lemari ukir untuk menyimpan pakaian, lemari pajangan, dan bingkai cermin. b. Konstruktif Karya seni ukir agar kokoh harus didukung oleh konstruksi yang baik yang berhubungan pada setiap komponen. Konstruksi kekuatan fisik ukiran sebagai daya keindahan dapat dilihat pada gambar berikut. c. Keindahan estetika Nilai keindahan karya ukir kayu yang baik memiliki kaidah kaidah dalam mengapreasiasi karya di samping kerumitan juga tata letak dan irama. 2. Peralatan Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut planner, gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 3. Jenis Pahat Ukir a. Penguku pahat kuku Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung. b. Penyilat pahat lurus Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm. c. Pahat kol 1/2 bulatan Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm. d. Pangot pahat miring Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm. e. Palu gandhen Palu gandhen untuk keperluan mengukir ini terbuat dari kayu dengan berat palu antara 300 gram sampai 500 gram. Bahan untuk palu atau gandhen dipilih dari kayu yang keras dan ulet agar berat dan awet. f. Pethel Pethel adalah sejenis alat yang bentuknya seperti cangkul, tetapi berukuran kecil. Alat ini digunakan untuk meratakan permukaan kayu atau untuk menguliti kulit kayu. TAHAPAN MENGUKIR KAYU Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut. 1. Ngethaki memahat garis-garis ukiran Memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya. 2. Dasari Membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar. 3. Membuka permukaan kayu mbukaki Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu. 4. Nggrabahi Melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu mbukaki dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran. 5. Menghaluskan dan menyempurnakan Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan. 6. Matuti Untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya. 7. Mbenangi Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah. 8. Mecahi Proses ini dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah. Finishing penyelesaian akhir Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur. Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur.
berkarya pada bahan kayu dapat dilakukan dengan cara